Senin, 29 April 2013

Arrrggghhhh, ULAT BULU!!!!

gambar dari sini


Selain bahaya berkendara sambil menggunakan Handphone. Kayaknya sambil jalan (di dalam rumah) pun begitu. Kok bisa? Begini ceritanya.


Dapur saya memang setengah terbuka. Biar nggak pengap dan untuk urusan jemur menjemur tentunya. Ketika itu seperti aktivitas biasanya yang saya lakukan di dapur, saya sambi dengan menjawab beberapa BBM teman. Tanpa saya sadari saya menginjak sesuatu yang lembut. Ah Kay, pasti menumpakan makanan lagi, pikir saya. Oh ternyata saya salah duga, karena tiba-tiba timbul rasa nyelekit di telapak kaki. Ketika mengangkat kaki dan melihat sesuatu berwarna hitam, sedang menggeliat, kontan saja saya menjerit. "ABAAAAANNNNGGGGGGG, HAAAAAAAAHHHHHHH" Saaat itu memang hanya ada Abang saya di rumah. Dia terburu-buru lari menghampiri "Kenapa..kenapa" Katanya. "Aku nginjek uleet buluu..jijiiiikk aku nggak sukaaaa"Ngerengek geli dan jijik campur jadi satu. "Ealaaah kirain ketuban pecah nin". Hahahaha saya melongo, orang hamil teriak emang bikin heboh yaaa. Seperti waktu sedang asyik ngobrol dengan tetangga yang saat itu lagi main ke rumah. Saya tiba-tiba bilang "Eh tunggu..aku mules nih". "Hah bener.."."Iya..pengen pup tunggu bentar ya". "Ealah kirain mules kontraksi". Hahahaha
Oke balik lagi ke ulet bulu. Setelah beberapa menit menginjaknya, sensasi gatal mulai terasa. Oh iya setelah menginjak, Abang menyuruh saya cepat-cepat mencuci telapak kaki dengan sabun. Entah teori dari mana itu tapi ya saya nurut saja.Ternyata nggak ampuh karena ya tetap saja gatalnya timbul. Menahan-nahan tangan untuk tidak menggaruknya. Selang sehari dua hari gatalnya nggak hilang-hilang. Bahkan tiap malam saya terbangun untuk menggaruk telapak kaki ya gatalnyaaaaa ampun-ampun deeeh. Semakin digaruk gatalnya semakin nikmat. Malah luka-luka yang timbul nggak kerasa sakitnya.
Hari ketiga. Wah ini gatal nggak berkurang-kurang juga. Meskipun saya rajin mengolesi dengan salep anti alergi. Oh iya kan punya tetangga dokter, Dokter Reni namanya. Abang saya yang dokter ternyata tidak cukup membantu. Ah gimana sik. Dari curhat dengan Dokter Reni, ia memberi beberapa tips pertolongan ketika kena ulat bulu. Ketika kena ulat bulu, yang bikin gatal adalah bulunya yang masuk kedalam jaringan kulit kita. Nah ketika pertama kali menginjak atau terkena, harusnya bulu-bulu halus itu diambil dengan cara menempel selotip pada kulit yang kena. Ketika dicabut selotipnya bulu-bulu halus itu akan ikut terangkat. Jangan digaruk karena bila digaruk, bulu-bulu halus semakin masuk ke kulit dan histamin penyebab gatal akan menyebar. Otomatis semakin gatal dan gatal tambah meluas.
Karena saya sudah hari ketiga dan menggaruk dengan menggila. Beliau menyarankan merendam kaki dengan air hangat supaya pori-pori terbuka, mengeringkan telapak kaki, dan bulu-bulu bisa diambil dengan selotip. Taraaaaaa sarannya berhasil sodara-sodara. Langsung setelah melakukan treatment itu gatal-gatalnya hilang sampai sekarang *Angkat telapak kaki buat pamer*.

Silahkan dicoba apabila mengalami hal yang sama dengan saya *lempar-lempar ulet bulu*

Sabtu, 20 April 2013

National Culture Week



Pregnancy Diary : 31 Weeks


Salah perhitungan selama ini, saya pikir sudah 29 minggu ternyata sudah 31 minggu. Hoalaaaah...kok ya bisa hihi. Alhamdulillah minggu ini posisi sungsang (pada usia 26-28 minggu), kepala baby sudah posisi di bawah. Seperti saran Bidan Erie, setiap hari kami (Kakak Kay, Didi, dan Bun) selalu semangatin baby untuk bisa posisi kepala di bawah untuk membantu Bun lahiran nanti. Dan si Adek pintar sekali ,hasil USG  dengan Dokter Riyana di usia 31 minggu, posisi plasenta bagus, air ketuban banyak, tali pusar panjang dan tidak ada lilitan, berat sudah 1800 gram. Dan satu lagi geraknya hebooohhh dan aktif sekali. 
Hamil kedua ini saya merasakan memang berbedaaaa sekali dengan yang pertama. Keluhan-keluhan selama hamil (Sciatica in Pregnancy) bisa dilalui dengan perasaan tenang, biasa saja tanpa mengeluh yang lebay layaknya hamil pertama. Apakah ini efek relaksasi Hypnobirthing yang memang saya lakukan sejak usia lima bulan? Saya sih percaya. Bahkan lucunya Kay juga sering ikutan, dan ia gampang sekali tidur jika sudah relaksasi. Nggak sampai lima menit pasti udah nyenyak hehehe.
Oia ketika dokter bilang posisi baby masih sungsang, rasa khawatir di hati sangat sedikit,tipissss banget. Saya juga kaget seperti bukan saya hahaha. Muncul di hati perasaan baby saya pintar, ia tahu kapan saat yang tepat untuk posisi itu. Toh ya masih luas ruang di dalam rahim. Biasanya meskipun sudah tahu faktanya bahwa masih normal, ketakutan-ketakuta selalu muncul tapi sekarang nggak. Perasaan itu bisa diatur diubah menjadi semangat yang lebih positif. Wow..efek hypnobirthing.
Saat hamil dengan perut yang sudah cukup besar pun saya masih bisa beraktivitas seperti biasa. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menemani Kay sekolah, mengerjakan orderan kue. Suami sampai mengingatkan. Bersyukur sekali saya masih bisa menjalani semua denga hepiii.
Dan satu lagi yang saya syukuri, perasaan galau akan bagaimana nanti antara saya, Kay, dan calon adik tidak sedikit pun saya rasakan. Malah saya rasa hubungan saya dan Kay menjadi lebih harmonis dan lebih dekat sejak hamil. Seperti saya menjadi lebih mengenal Kay, bergaul dengan Kay lebih dengan hati. Kay pun excited dengan kehamilan saya, dan tidak merepotkan sedikit pun seperti manja atau cari perhatian. Tidak. Makasi ya Kakak Kay.
Kegiatan favorit saya, ketika menemani Kay tidur siang. Kami bercanda dengan si Adek di perut. Jika Adeknya sudah bergerak heboh, Kay ketawanya bisa ngakak nggak habis-habis. Si Adek digoda Kakaknya tambah heboh gerakannya. Apalagi kalau si Kakak sudah elus-elus perut sambil bilang "Adek sehat ya, nanti lahirnya sehat ya". Bahagia banget rasanya. Nggak tergambarkan pokoknya. Semoga menjadi awal yang indah dalam ikatan persaudaraan sampai Adeknya lahir nanti dan selamanya ya nak.
Dalam hitungan minggu Si Adek akan menjadi individu seutuhnya. Moment dimana ia masih jadi bagian dari tubuh Bun harus bener-bener dinikmati sepenuhnya. Takut kangeeeeeennn... (pengennya cukup dua aja anaknya hehehe).
Semoga perasaan-perasaan postif yang muncul mengalir ke baby. Si Adek bisa tumbuh dengan sehat, merasa nyaman dan tenang di dalam rahim Bun. Lahir pun bisa dengan penuh kedamaian.

Cerita Naik Angkot


"Kita naik angkot ya Bun?"
Itu pertanyaan yang kalau jawabannya iya bikin Kay semangat pergi mandi. Kay memang suka naik angkot, meskipun harus berpanas-panas ria tapi bikin ia hepi. Saya sih nggak keberatan berangkat ke sekolah menggunakan transporatasi ini karena jarak tempuhnya untuk sampai tidak terlalu makan waktu yang lama.
Tapi entah dua minggu ini makin merasa kurang nyaman. Apes aja kali ya, sering naik angkot yang supirnya ugal-ugalan minta ampun. Penumpang belum duduk sudah main tancap gas aja. Perut yang buncit begini berdiri saja susah seimbang apalagi dikondisikan seperti itu. Hasilnya ngomel-ngomel bikin mood jelek.
Kedua, kami sering diturunkan ditengah jalan, "ikut yang belakang saja ya, Mbak, ga usah bayar", ihhhhh kadang mikir, Pak supir ini niat cari uang atau nggak. Kalau menurunkan penumpang ya mending nggak usah menaikkan sekalian. Kejadian ini biasa ketika anter Kay pulang karena diperjalanan Kay sering tertidur. Jadinya harus menggendong dan berdiri sampai angkot selanjutnya datang.
Ketiga, Saya pernah naik angkot yang supirnya masih sekitar SMP. Iya SMP boookkk. Itu nyeterin angkot seenak udelnya. Pas juga penumpangnya semua Ibu-Ibu, cuma bisa ngomel sambil lirik-lirikan.
Yah saya juga mengerti, hidup sulit apalagi di kota besar. Kejar setoran sih boleh tapi kerja dengan bawa nyawa orang lain kan bukan hal yang gampang demi seribu-dua ribu rupiah. 
Apalagi kalau sudah"ngetem" yaaaaaa gitu deeeeeh *speechless*
Belum lagi kalau supir atau penumpang yang merokok dan balagak jadi penguasa udara. Sudah dibilang bisa nggak dimatiin tapi tetep aja. Kalau mau sakit mah nggak usah ngajak-ngajak. Bawa helm aja sekalian biar asepnya nggak kemana-mana. Iya ih kesel banget kalau yang ini. Kadang perokok perlu diajari beretika.
Transportasi umum kita memang jauh dari aman dan nyaman. Apalagi penumpang rata-rata perempuan karena sepertinya laki-laki lebih memilih naik kendaraan roda dua. Selama ini belum bisa lebih baik, selama itu pula kendaraan pribadi roda dua atau empat menjadi pilihan yang aman yang nyaman. Yang artinya bikin jalanan tambah macet saja.