Selasa, 22 Desember 2015

Weekend Tanpa Ke Mall : Berkenalan dengan Curug Nangka

Wiken ini kami nggak punya rencana ke mana-mana. Tiba-tiba tercetus ide, Yuk ke Bogor yuk. Waktu itu Didi pernah ikut acara kantor di Highland Park Bogor, ia pergi ke Curug Nangka. Didi ingin banget suatu saat ajak anak-anak ke sana. Waktu itu aku masih hamil 8 bulan, jadi nggak mungkin naik-naik ke curug kaaan. Nah setelah lahiran, Sarah pun sudah bisa diajak jalan, kami akhirnya berencana menghabiskan weekend untuk mengeksplor Curug Nangka. 

Sehabis subuh, masih andilau, antara dilema dan galau, jadi berangkat apa nggak. Ternyata gravitasi di tempat tidur meningkat kalau weekend yaaa. Akhirnya cukup kesiangan sebenernya untuk berangkat. Kami berangkat jam 6 pagi, dan berhenti untuk sarapan bubur dulu. Bawa anak-anak kecil kalau nggak kenyang bisa cranky mereka.

Perjalanan Menuju Curug Nangka



Untuk mencapai kesana kami memakai panduan Google map. Search Highland Park Bogor. Letak curugnya tak jauh dari sana, sekitar 1 km. Kami sampai sekitar pukul setengah 9. Udaranya yang adem, membuat tidak terasa kalau sudah kesiangan. 



Biaya parkir mobil kita merogoh kocek Rp 10.000 dan tiket masuk Rp 15.000 per orang. Hanya dewasa saja yang dikenakan, anak-anak tidak. Banyak penjual makanan di sekitar parkiran dan di dalam lokasi wisata. Jadi nggak usah khawatir kalau kelaparan.

Kami harus naik beberapa anak tangga dan melewati sungai kecil dengan bebatuan yang licin. Tapi sangat aman untuk dilalui anak-anak menurut kami. Mereka masih hepi-hepi aja diminta jalan terus. Tapi bener deh tempatnya sangat memanjakan mata. Bagi yang suka foto-foto pasti nggak akan berhenti bermain dengan kameranya. Bakal cekrak-cekrik terus. 


Airnya ternyata dingin banget. Semakin siang, pengunjung pun makin ramai. Anak-anak pun sudah cukup puas main air. Sebenarnya masih ada beberapa curug lagi di daerah atas. Kami sudah nggak sanggup karena sudah ngos-ngosan. Cukup curug yang paling bawah saja. Lain kali mempersiapkan fisik dan mempersiapkan anak-anak juga untuk bisa sampai ke atas hihihi.



Habis main air terbitlah lapar. Disepanjang parkir mobil banyak warung makanan dengan berbagai menu. Kami memesan teh manis hangat dan sepering nasi dengan beberapa lauk dimakan bareng-bareng. Makan lahap banget deh jadinya.

Ini beberapa tips jika ingin membawa anak-anak pergi ke daerah wisata seperti ini :

  1. Bawa pakaian ganti, handuk, tas baju kotor.
  2. Pastikan perut mereka kenyang sebelum sampai tujuan.
  3. Gunakan sandal atau alas kaki yang nyaman untuk mereka berjalan.


Supaya suatu perjalanan tidak menjadi sia-sia, sebenarnya jalan-jalan bisa menjadi ajang anak-anak belajar. Mereka bisa mengenal dari mana air berasal. Bagaimana bila air ini kotor atau bagaimana bila air habis. Mereka belajar menjaga kebersihan ketika berada di alam. Bagaimana ketika membawa makanan, bagaimana bila kita punya sampah dan tak ada tempat sampah untuk membuangnya. Dan yang paling penting mengenalkan siapa yang menciptakan semua yang ada di alam. Pohon, tanah, air bersih dan lain-lain adalah ciptaan Allah. Weekend bisa diisi dengan kegiatan murah meriah tapi berkualitas. Next kemana ya?

Senin, 21 Desember 2015

Cerita Kelahiran Siti Sarah

Kehamilan ketiga. Subhanallah, nggak nyangka hamil lagi ketiga kalinya saat itu. Hamil pun berusaha untuk nggak "ngalem" karena masih ada dua krucil yang musti diurus, ada cucian yang nunggu dicuci, strikaan yang menggunung. "Jangan terlalu santai ya anak ketiga" itu nasehat dokter Riana Kadarsari setiap kontrol. Mual-mual hampir sama dengan kehamilan lainnya. Berat badan menyusut 7 kilo. Dan mulai berangsur naik di bulan ke 4. 


Usia kandungan 34 Minggu, anakku terlilit tali pusar dua kali dan ketuban sedikit. Hasil konsul dokter "kalo gini sudah susah untuk normal". hasil googling 2x lilitan memang hanya kemungkinan berapa persen saja bisa normal. Aku pikir ya sudahlah kalau sesar paling tidak aku punya tiga pengalaman melahirkan yang berbeda. Normal dirumah bersalin, normal di rumah, dan sesar. Lalu aku pun cerita dengan mbak Erie (bidan yang  membantu kelahiran anak kedua dan rencananya akan dibantu beliau juga untuk kelahiran ketiga).
"Mbak erie aku ada lilitan dua kali"
"ya udah berdoa aja"
"kata dokter nggak boleh nungging entar malah tambah kenceng lilitannya"
"gaapapa, jangan terlalu dipikir. Kita berdoa aja semoga gapapa".



Ketakutan akan sakitnya kontraksi muncul diawal hamil. Hasil ngobrol dengan mbak erie aku masih menyisakan trauma akan kelahiran pertama. Ketika dicari alasannya ternyata aku memulai kehamilan dengan pemikiran yang salah.  Kalau dulu diawali dengan"Asyiiik aku nanti lahirannya gini, gini, gini..". Kalau yang ketiga ini "Hmm, entar aku lahiran lagi ya". Aku pun cenderung cuek, kurang ngajakin ngobrol adek bayi. "Dia cari perhatian tuh"kata Mbak Erie. Koreksi lagi, memang benar kurang perhatian dan cenderung merasa lupa kalo hamil. Kurang perhatian masalah makan, jarang latihan fisik, dan jarang latihan nafas. Intinya terlalu santai. 

Akhirnya aku pun cepet-cepet merubah semuanya, membuang semua perasaan2 negatif. 36 minggu, hasil usg: tidak ada lilitan, ketuban bagus, posisi kepala sudah dibawah. Allahuakbar. Nggak nyangka! Waktu itu berdoa semoga dimudahkan lahiran di rumah lagi.


39 minggu, jam 8 malam sambil setrika menghitung kontraksi. Mulai curiga karena ini nggak hilang timbul kayak biasanya. Jam 12 malam menelepon Mbak Erie, memberitahu kontraksiku teratur. Tidur dulu pesannya. Nanti jam 4 pagi telepon lagi kalau belum hilang. Jam 3 pagi aku meminta suami cepat-cepat telepon Mbak Erie. "Ini udah mau lahir nih, cepetan". Suami segera menyiapkan kamar, memompa kolam, lalu masak air panas. Ia ngepel, beres-beres rumah hihihi. Aku mulai atur nafas ngerasain bener-bener rasanya kontraksi. Berusaha menikmati, oh ini ya sakit yang aku takutin. Mbak Erie datang, periksa ternyata masih bukaan 1. Jeng...jeng...waduh bakalan lama nih pikirku.
Eh, nggak lama ketubanku pecah, lalu periksa lagi bukaan 6. Aku sudah pengen banget masuk kolam karena nggak enak tiduran, nggak santai rasanya. Aku belum bisa masuk, air kolam belum siap. Bukaan 10, air kolam nggak terlalu panas tapi aku udah nyemplung. Emang bener enak duduk di kolam, daripada tiduran.

Proses kelahriannya termasuk cepat, jam 7 pagi anakku lahir. Ternyata bisa ya melahirkan tanpa mengejan. Saat itu berusaha untuk hanya atur nafas (padahal selama hamil jarang latihan nafas), dan itu memang sangat membantu sekali. Alhamdulillah lahir putri kami dengan sehat dan selamat. Siti Sarah.




Jumat, 11 Desember 2015

Kenapa Tidak Berkhadimat?

Hari itu, Didi bertanya, "Didi tega yah Bun?"
Tega kenapa?"
"Iya kata temen tega amat istri disuruh mengurus anak tanpa pembantu, antar anak-anak nyetir tanpa supir"
"Kan Bun  yang mau, Didikan sudah nawarin pakai asisten"
"Iya tapi Didi jadi merasa bersalah"

*******

Memang kewajiban istri bukan  mengerjakan kewajiban rumah tangga seperti masak, beberes dan pekerjaan domestik lainnya. Memang untuk jaman sekarang rasanya susah untuk tidak berasisten, padahal kalau dipikir sekarang ini ibu-ibu banyak terbantu dengan mesin. Harusnya pekerjaan  menjadi lebih mudah dibanding ibu2 kita sulu. Memilih mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga ini sendiri bukan ingin tampil sebagai super mom yang bertangan sepuluh. Serba bisa karena semua dikerjakan sendiri. Sungguh pengharapan yang rendah kalau hanya ingin dipuji orang lain. Tapi aku merasa sungguh istimewanya pekerjaan-pekerjaan ini. Kok bisa?Kisah Fatimah putri Rasulullah. Ketika itu ia merasa kelelahan menggiling gandum. Lalu Ali, suaminya menyuruhnya meminta budak pada Rasululllah, ayahnya, yang baru mendapat kan seorang budak. Ketika Fatimah datang ke rumah Rasulullah, Beliau tidak ada di rumah. Lalu Fatimah menitipkan pesan kepada Aisyah untuk disampaikan kepada Rasulullah.
Kemudian ketika Rasulullah medatangi rumah Fatimah. Ali dan Fatimah sedang berbaring. Awalnya mereka hendak bangun tapi Rasulullah menyuruhnya tetap di tempat.

" Maukah kutunjukkan kalian kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?tanya beliau. "Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (Subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta" kata Beliau (Shahih Muslim No.4906)

Apa yang Rasulullah lakukan sungguh menarik untuk dipertanyakan. Kenapa Beliau tidak memberikan saja budak kepada Fatimah, apalagi Fatimah adalah anak kesayangan Rasulullah? Atau menyuruh Fatimah untuk tidak usah melakukan pekerjaan rumah tangga, toh bukan itu kewajibannya sebagai istri? Bukankah Fatimah sudah merasa kelelahan dengan pekerjaannya sehari-hari? 

Ada kisah lain, Asma binti Abu Bakar yang berjalan jauh mencari makanan untuk kuda-kuda suaminya, Zubair. Ketika diperjalanan Ia bertemu Rasulullah. Melihat itu, kenapa Rasulullah tidak berkata, "Jangan lakukan itu Asma, itu bukan kewajibanmu."

Kenapa? Apa ada sesuatu di pekerjaan ini? Kenapa wanita-wanita yang dijamin surganya melakukan pekerjaan rumah tangganya dengan tangan mereka sendiri, bukan dengan berkhadimat?

Bila mengambil hikmah dari kedua kisah di atas dan dihubungkan dengan perintah Allah sebaik-baiknya tempat untuk wanita adalah di rumah, bisa dilihat betapa mulianya pekerjaan-pekerjan rumah tangga itu. Kata Rasulullah banyak amalan akhirat menjadi hilang karena niat yang jelek. Dan betapa banyak amalan dunia menjadi bernilai akhirat karena baiknya niat. Jadi mengubah sudut pandang bahwa setiap aktivitas ibu di rumah adalah ibadah, walau hanya memasak atau sekedar mencuci pakaian. Setiap lelah dan tetesan keringat semoga jadi ladang pahala dan penggugur dosa bagi wanita.

Ridhoi saja suamiku, sekeras apapun orang lain menyalahkanmu. Dengan Ridho suami, Allah mempersilahkan istri masuk ke surga-Nya dari pintu mana yang dia kehendaki.



Sabtu, 29 Agustus 2015

Perjalanan Terberat Laki-laki


Tulisan ini diambil dari sebuah video diyutub.


Untukmu anak-anakku.
Tahukah kamu nak…?

Perjalanan terjauh dan terberat bagi seorang lelaki adalah perjalanan menuju ke Masjid.

Sebab, banyak orang-orang kaya tidak sanggup mengerjakannya.
Jangankan untuk solat sehari 5 waktu, bahkan dalam seminggu pun banyak yang melupakannya, dan tidak jarang pula yang seumur hidup tidak pernah mampir ke sana

Perjalanan terjauh dan terberat bagi seorang lelaki adalah perjalanan menuju ke Masjid.

Orang-orang pintar yang mampu melangkah dan dengan semangat membara pergi mencari ilmu hingga ke eropa, amerika, jepang, australia, korea, hingga bergelar S3 sekalipun banyak yang tidak mampu dan begitu beratnya bagi mereka untuk pergi ke Masjid.

Kerapkali para pemuda yang kuat dengan mudah menaklukan puncak gunung, namun enggan jika diajak ke Masjid dengan alasan “sebentar lagi lah solatnya” atau ada pula yang merasa tidak nyaman karena dianggap sok alim.

Maka berbahagialah dirimu, wahai anakku, bila sejak kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kakimu ke Masjid.
Karena sejauh manapun dirimu melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yang paling membanggakan selain perjalananmu ke Masjid

Rahasia ini sejatinya…

Perjalanan ke Masjid adalah perjalanan menjumpai Rabbmu, sesuai dengan perintah-Nya yang diajarkan oleh nabimu, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.

Maka lakukanlah walaupun engkau harus merangkak dalam gelap subuh demi keselamatanmu, mengarungi dunia yang fana menuju tempat keabadian (surga-Nya), serta bertemu dengan Rabbmu.

Rabu, 05 Agustus 2015

"Sayang, kamu ingin punya anak berapa?"

"Sayang, kamu ingin punya anak berapa?"

Pertanyan ini sering terlontar di tengah obrolan kami setelah menikah tetapi masih berdua belum ada si krucils. "Dua aja" kompak jawabannya seakan idealnya seperti itu. Lahirlah anak pertama kami. Lalu kedua, dan sekarang sedang menunggu kelahiran yang ketiga. Suatu hari di sebuah mall dalam perjalanan menuju parkiran pertanyaan itu terlontar lagi.

"Sayang, kamu ingin punya anak berapa?"

Jawaban berbeda yang aku dapatkan, "Nggak tau, banyak seperti keluarga mama mungkin"
Aku tersenyum. Berubah sudah padangan kami setelah beberapa tahun menikah. Aku jadi bertanya, kenapa kami mematok berapa anak yang kami punya. Seakan kami hak menentukan berapa anak yang kami Akan miliki karena kami sudah berkeluarga. Anak adalah hak Allah bukan, berapa jumlahnya, laki-laki atau perempuan. Bahkan belum memberikan keturunan pun adalah hak.

Untuk Saat ini, mempunyai tiga anak sudah termasuk banyak. Ketika satu atau dua anak saja cukup adalah slogan yang didengungkan. Sering aku mendengar respon "Wuih" ketika tahu aku sedang hamil. Aku pun dulu punya pandangan yang sama, terkesima dengan ibu beranak lebih dari empat. Untuk jaman seperti sekarang ini, bagaimana membiayainya?bagaimana mengasuhnya? 

****

Anak adalah beban ekonomi. Punya anak banyak adalah mahal. Contohnya biaya pendidikan saja untuk satu anak bisa beratus-ratus juta untuk sampai ke tingkat sarjana. Itu baru satu anak, kalau dua anak adalah sekian ratus juta. Tiga?empat? Mungkin sudah keder duluan menghitungnya. Ibu dan bapak harus bekerja keras banting tulang demi terpenuhi pendidikan yang layak dan masa depan anak akan cerah. Oh tidak, aku tidak bisa berpikir dengan kalkulator manusia untuk membesarkan anak-anakku. 

Merubah pandangan bahwa anak adalah punya anak itu mahal. Punya anak satu, dihitung-hitung biaya pendidikannya sampai sarjana adalah sekian. Anak dua, sekian rupiah. Pusingnya sekarang padahal anak pertama masih dikandungan. Maksud hati ingin terencana agar anak mendapat penghidupan yang kayak, tapi negatifnya bisa saja menganggap punya anak adalah beban. "Cukup satu Aja. Sekolah mahal, apa-apa mahaaal". Lupa bahwa rejeki pun adalah urusan Allah. Allah sudah menetapkan rejeki pada tiap makhluknya. Anak pun lahir di dunia dengan rejekinya sendiri. Seharusnya tidak boleh ada rasa takut miskin ketika memiliki anak atau bertambah jumlah anak.

Mengubah pandangan anak adalah sumber  masalah, sumber emosi negatif. Rumah berantakan, tangisan yang henti, menumpahkan sesuatu, baju yang kotor, atau tindakan-tindakan yang menyulut amarah emosi. Ketika melihat anak sebagai sumber masalah, apa pun yang dilakukannya adalah salah. Apa pun yang akan dilakukannya adalah larangan. Oh tidak, aku tidak bisa mempunyai pandangan seperti ini untuk mendidik putra putriku.

Punya anak banyak adalah repot. Tidak bisa "me time". Kemana-kemana si krucil ngintil. Untuk memenuhi kebutuhan pribadi rasanya susah mencari waktunya. Kebayang repotnya?iya, repot banget, beranak satu saja repot.Apalagi tiga, empat, lima? Oh tidak, aku tidak bisa mempunyai semua pikiran ini untuk membesarkan, mendidik, Dan mengasuh mereka. 

Anakku adalah penyejuk pandangan. Ketika bayi dibuain, ditimang-timang. Hati orang tua berbunga. Hati orang tua penuh sayang. Ketika beranjak besar, makin dipenuhi oleh tawa riang, candaan khas anak2, celoteh polos, hal-hal baru yang mereka bisa setiap hari seperti menghapus semua "kerepotan" menjadi Ibu.
"Bun, I Love you"
"Kakak tadi sudah doakan Bun ketika sholat"
"Tadi aku naik sepeda ambil bunga ini buat Bun"
Dan banyak lagi kata-kata romantis yang mengapus semua lelah menjadi Ibu.

Memahami bahwa apa yang aku lakukan sebagai Ibu adalah ibadah. Insyaallah menjadi pemberat amalanku nanti. Meniatkan mendidik mereka adalah ibadah sebagai pertanggungjawaban terhadap titipan Allah. Setiap perbuatan yang mereka lakukan adalah tanggung jawab kami, orang tuanya, di hari akhir nanti. Meniatkan semua adalah ibadah, akhirnya orang tua bisa bersungguh-sungguh dalam mendidik. Bagaimana kami akan mampu mengembalikan titipan-nya seperti Ia memberikannya pada kami. Akhirnya setiap kerepotan berubah menjadi ladang pahala. Setiap beban berubah menjadi kenikmatan menghabiskan waktu emas mereka bersama kita. Setiap keringat yang menetes mencari rejeki  yang berkah oleh si Ayah adalah pahala, 

Anakku pembuka pintu surgaku. Ketika amalan kami terputus siapa lagi yang dapat membantu kami selain doa anak-anak. Anak-anak adalah investasi. Iya investasi jangka panjang.  Dari Abu Hurairah : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara :

1. Shadaqah jariyah

2. Atau ilmu yang diambil manfaatnya

3. Anak shalih yang mendo’akannya”
(Riwayat Muslim dan lain-lainya)


Inilah puncak tertinggi dari keutamaan-keutamaan mempunyai anak, yaitu anak yang soleh yang bermanfaat bagi orang orang tuanya di dunia dan akhirat.

*****

"Sayang, kamu ingin punya anak berapa?"

Pasrahkan saja pada Allah akan mengamanahi berapa. Tugas orang tua sekarang menambah ilmu untuk mendidik mereka sesuai fitrahnya, mendidik menjadi generasi terbaik, dan menjadi pembuka pintu surga untuk kedua orang tuanya. 

Kayyisah Dan Hijab



Suatu ketika, Kayyisah 5y berkata padaku "Bunda, kalau nanti aku keluar rumah lupa memakai jilbab, aku dilarang ya (dilarang keluar rumah)" aku tersenyum sambil menjawab iya.

Suatu ketika, ia mempertanyakan kenapa ada perempuan yang sudah dewasa tetapi tidak memakai jilbab,"Mereka belum mau melaksanakan perintah Allah nak". 

Suatu ketika, Ia berlari ke dalam rumah "Aduh auratku keliatan" karena lupa memakai jilbab.

********
Anakku tahu kah kamu ketika wahyu turun kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab kedadanya..” (QS. An-Nuur:31). 


Ayat tentang perintah untuk menutup aurat bagi wanita muslimah. Tentang ayat tersebut, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits yang menggambarkan saat-saat setelah turunnya ayat perintah menutup aurat yang pertama, yaitu Surat An-Nuur ayat 31: “Bahwasannya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Ketika turun ayat ‘..dan hendaklah mereka menutupkan “khumur” –jilbab- nya ke dada mereka..’ maka para wanita segera mengambil kain sarung, kemudian merobek sisinya dan memakainya sebagai jilbab.” (HR. Bukhari)

Nak, lihatlah generasi terdahulu. Ketika perintah itu datang, mereka langsung melakukannya. Tanpa mempertanyakan kenapa, buat apa, dan pertanyaan lainnya. Itulah iman nak, ketika kita meyakini tak ada lagi kata tidak siap. 

Mungkin ada yang berkata, "kasian kecil-kecil pakai jilbab, nanti nggak bisa pakai baju yang lucu-lucu". Cukuplah di rumah saja ya nak. Karena jilbabmu, Bun sering mendengar doa-doa dari orang lain kelak kamu menjadi anak yang solehah.

Mungkin ada yang berkata, "kasian kan nanti kepanasan". Ketika gerah, lepaskan sebentar tak apa nak. Kewajiban itu belum ada padamu. Kita sedang belajar untuk taat kepada Allah. Bila engkau baligh nanti, tahanlan kegerahan itu ya nak. 

Mungkin kata orang tidak keren, tidak fashionable. Tapi nak bila sesuai syariah insyaallah mulia di mata Allah. Carilah kemuliaan itu ya nak.

Nina Kurnia
4 Agustus 2015




Senin, 03 Agustus 2015

Mari Nak Kenali Penciptamu

"Adek, siapa yang ciptain matahari"
"Awoh"
"Kalo bulan?"
"Awoh"
"Yang ciptain matahari?"
"Awoh"
"Kalo kembang apa"
"Awooooh"
"Bukaaan, Bun masak kata adek kembang api Allah yang ciptain, bukan Adek! Kembang api itu manusia yang bikin. Manusia itu orang, orang itu baru Allah yang ciptain"

si bayi 2th itu entah paham apa nggak dijelasin kakaknya.

********
Anak-anakku tahu tidak nak berapa banyak muslim yang mengenal Islam selama hidupnya tetapi tidak pernah mengenal Allah sepenuhnya. Mungkin Bun dan Didimu salah satu golongan itu.
Mari nak kenali Allah sedini mungkin, ketika terlambat waktu tak akan bisa kembali lagi.

Nak, kenali Allah, kenali penciptamu. "Tak  kenal maka tak cinta". Bagaimana nanti kalian akan mencintainya-Nya bila kenal saja tidak nak. Bila cinta telah tumbuh seiring itu ada setitik iman dihatimu nak. Kelak itu menjadi bekalmu sampai akhir hayat nak.

Nak kenali Allah. Kelak kalian akan cinta kepada-Nya. Kelak apa yang kalian perbuat semata karena cinta kalian pada Allah. Rasa takut kalian akan larangan Allah atas dasar cinta kalian pada-Nya.

Nak kenali Allah, cintai Allah, sebelum kalian mengenal dan mencintai hal lain didunia ini. Kelak sebesar apa pun cintamu pada apa yang ada di dunia  tak ada yang lebih besar dari cintamu pada penciptamu. Bahkan cinta kepada kedua orang tuamu. Kelak cintailah kami karena Allah ya nak.

Mari nak, sama-sama kita kenali Allah, kita cintai Allah. Karena kami, Bun dan Didi mencintai kalian karena Allah.


Jumat, 31 Juli 2015

Menata Kembali Niat Menyusui

Sedang rame postingan menyusui. Seseorang mengajarkan saya menata kembali niat menyusui. Menyusui adalah perintah Allah, disebutkan di Al Quran. Susuilah anakmu dan sempurnakan sampai 2 tahun.

Menata kembali niat menyusui, bahwa kita melakukannya karena perintah Allah. Bukan semata lebih sehat, bukan semata lebih baik dari sufor. Sehat itu bonus karena kesehatan pun Allah yang berikan. 

Sekaligus pengajaran tentang bertakwa kepada anak sambil menyusui sampai kan bahwa apa yang kita lakukan karena Allah perintahkan. 

Menyapih pun demikian. Sampaikan kepada anak kita sempurnakan karena Allah yang perintahkan nak. Bukan sampai anak puas, terserah anak mau berhenti kapan. Umur 3 tahun, 4 atau bahkan 5. Tidak nak Allah bilang cukup sampai 2 tahun.

Menata kembali niat menyusui sebagai perintah Allah. Sebagai ladang amal bisa juga momen mengajarkan cinta ke Allah pada anak2 kita. Indah bukan?


Nina Kurnia
1 agustus 2015

Rabu, 24 Juni 2015

Memaknai Hujan

Kami sekeluarga sedang perjalanan pulang ke rumah. Di jalan mulai mendung lalu turun hujan. Ibu-ibu bangeet, aku langsung teringat jemuran yang harusnya sudah kering dan lupa diangkat.

"Yaah hujaan jemuran gimana ini" kataku sedikit kesal.
"Alhamdulillaaaaah Allah turunkan hujan". Celetuk Kay 
Suamiku, Didinya anak-anak, ketawa geli "Jemuran basah bisa dikeringin lagi Bun"

Haiyaaaah saya jadi maluu. Hujan adalah berkah dari Allah, yah masak kita mencela berkah dari Allah.


Selasa, 23 Juni 2015

Puasa Kay Hari Pertama

Hari pertama puasa Kay berhasil satu hari penuh. Lucu ya anak kecil berpuasa hihihi. Jam 4 sore adalah jam galak Kay. Ia mulai rungsing jam2 itu.

"Kak puasa itu kita ngapain?" Tanyaku
"Belajar bersabar, bun. Tapi Kakak sudah nggak bisa sabar Bun". Rengeknya 
"Tapi kalau Kakak batal puasa kan sayang sebentar lagi buka puasa. Tapi kalau nggak tahan lagi ya minum aja" Bujukku.
"Tapi kalau Kakak makan, Allah marah nggak Bun" tanya Kay.
Aku cuma mesem aja dengernya. Tapi akhirnya Kay berhasil sampai magrib. Pun begitu di hari kedua. Selanjutnya aku biarkan ia puasa setengah hari.


Rabu, 17 Juni 2015

"Aku Semangat Puasa, Bun"

Suatu malam kami melihat arak-arakan anak kecil membawa obor. Hal itu memang nggak pernah dilihat oleh Kay, langsung saja ia pun bertanya.

**
"Apa itu Bun?"
"Anak-anak tadi mungkin mau takbiran"
"Mau ngapain?"
"Kayaknya supaya nanti anak-anak semangat menyambut Ramadhan dan semangat puasanya"
"Kakak nggak perlu yang begitu sudah semangat Bun"
"Wah hebat, anak solehah Bun"

**
"Kakak bener siap puasa?"
"Iya Kakak mau puasa"
"Kalau Bun nggak puasa dan Adek makan terus minum, Kakak nggak papa?"
"Iya gapapa kok Bun"

**

Tahap belajar puasa sebaiknya diumur 5tahun, tapi itu pun tidak dipaksa yang penting ikutkan mereka pada waktu berbuka dan waktu saur agar ikut mendapatkan keberkahan.

Kakak sudah 5 tahun punya semangat puasa bulan Ramadhan tahun ini tanpa embel-embel hadiah (untuk ibadah aku tidak pernah mengimingi hadiah). Alhmadulillah. Semoga iklas dan mampu menjalankannya. Semoga Allah mudahkan nak. 

Minggu, 14 Juni 2015

Homeschooling Diaries : KIds and Dreams





Weekend kemarin Kay mengikuti acara di sebuah sekolah. Acara tersebut tentang pengenalan berbagai profesi ke anak-anak. Ada dokter, arsitek, ilmuwan, fotografer, penulis, craftpreuner, komikus dan sebagainya. Kay memilih fotografer, craftpreuner dan penulis. Awalnya Kay memilih chef bukan penulis tapi karena sudah full gapapa deh coba yang lain. 


Pesertanya kebanyakan murid sekolah tersebut. Meskipun Kay bukan anak sekolahan tetapi kami (aku dan Didinya) menilai ia bisa beradptasi cepat, percaya diri untuk bicara, aktif. Ketika di kelas menulis, Kay bisa mengungkapkan idenya tanpa diminta. Ketika di kelas fotografer,mentornya bilang "Ibu, Kay ini berani sekali dan aktif ya". Ia bilang ke aku lebih dari dua kali kayaknya hahahaha. Kay termasuk  peseta paling kecil diantara yang lain, Kayaknya sudah usia SD. 

Jadi, meskipun anakku tidak sekolah bukan berarti kuper, nggak pede, nggak punya temen seperti kebanyakan komentar orang.Ia pun bisa berkomunikasi dengan baik meskipun dengan yang lebih tua.









Jumat, 05 Juni 2015

Pelajaran Hari Ini

Teman : Kay, nanti solat di masjid lagi yuk!
Kay : Nggak ah, aku nunggu sama Didi aja. Aku nanti nggak ada orang tuanya, nggak ada yang jagain.
Teman : Nggak papa sama aku aja, entar aku jagain.
Kay : Nggak ah, kan kalau perempuan gede solatnya lebih baik di rumah.
Teman : Ih gapapa bagusan juga solat di masjid tau.
Kay : Nggak deh aku ngikut yang bener aja (maksudnya perempuan lebih baik solat di rumah)

Aku denger percakapan ini di balik pintu sambil senyum-senyum. Solat berjamaah di masjid memang baik dan pahalanya besar tetapi itu untuk laki-laki. Dan untuk perempuan, boleh solat di masjid tapi solat yang lebih baik bagi perempuan adalah di rumah.

Dari Ibnu Umar, Nabi bersabda "Janganlah kamu sekalian mencegah isteri-isterimu ( pergi ke) masjid-masjid, namun ( ingat) rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka."
(Shahih : Shahih Abu Daud no : 530, 'Aunul Ma'bud II : 274 no : 563 dan al-fathur Rabbani V : 195 no : 1333)

**

Pengingat bisa datang dari mana dan siapa saja. Termasuk anak kecil sekali pun. Pernah nggak sih merasa "tertampar" omongan anak sendiri. Itu yang aku alami beberapa hari lalu. Kalau disadari sebenarnya, bukan orang tua yang mengajari anak tetapi justru sebaliknya anak yang mengajari orang-orang dewasa ini menjadi orang tua. Untuk menjadi dokter, akuntan, atau profesi lainnya, seseorang menempuh pendidikan tertentu untuk bisa ahli di bidang itu. Ketika membeli gadget pun ada buku panduan untuk membantu bagaimana mengoperasikannya. Tapi ketika seseorang mendapat jabatan sebagai ORANG TUA tidak punya ilmunya. Iya, nggak ada sekolah orang tua atau buku panduan menjadi orang tua yang sukses.

Kebingungan, itu yang aku alami sejak punya anak pertama, ketika ia mulai berumur setahun dua tahun. Merasa haus belajar menjadi orang tua, seminar parenting jadi incaran aku. Ilmu-ilmu parenting yang saya dapat menjadi terapan dan bekal sebagai orang tua.

Kemudian suatu saat aku merasa tertohok sekali, ketika mendengar " Rasulullah adalah manusia terbaik yang diciptakan Allah. dan Rasulullah adalah orang yang paling baik terhadap keluargannya".
Rasul adalah sosok yang lengkap. Ia adalah anak, ayah, suami, bahkan seorang kakek. Sosok beliaulah yang menjadi suri tauladan. Tetapi aku nggak pernah menghadirkan sosok Rasulullah di dalam rumah kami, hati kami sebagai orang tua. Rasanya duuuuh Nin kemane aje loooooo. Seharusnya dari Rasullah, manusia terbaik, aku mencari ilmu menjadi orang tua.

Belajar dari awal lagi, susah, karena ternyata apa yang aku dapat selama ini dari belajar parenting sana-sini berbeda dengan cara al-Quran dan Hadist, cara Rasulullah. Terkadang kita (eh kok kita saya deh, nunjuk diri sendiri), memilih segala sesuai berdasarkan bagus menurut kita sendiri. "Cocok nggak sama Gue", sadar atau tidak. Bahkan dalam memilih cara dalam mendidik dan mengasuh anak, bagus menurut kita. Tapi apakah kita sudah mengeceknya "bagus menurut kita" sudah benar? Sudahkah sesuai dengan pedoman hidup kita sesungguhnya, Al-Quran dan Hadist. *tertunduk malu*. Yah belum. Bagus menurut kita memang belum tentu benar menurut Al-Quran dan Hadist.

Seperti kata Kay, " Nggak deh aku ikut yang bener aja".