Jumat, 11 Desember 2015

Kenapa Tidak Berkhadimat?

Hari itu, Didi bertanya, "Didi tega yah Bun?"
Tega kenapa?"
"Iya kata temen tega amat istri disuruh mengurus anak tanpa pembantu, antar anak-anak nyetir tanpa supir"
"Kan Bun  yang mau, Didikan sudah nawarin pakai asisten"
"Iya tapi Didi jadi merasa bersalah"

*******

Memang kewajiban istri bukan  mengerjakan kewajiban rumah tangga seperti masak, beberes dan pekerjaan domestik lainnya. Memang untuk jaman sekarang rasanya susah untuk tidak berasisten, padahal kalau dipikir sekarang ini ibu-ibu banyak terbantu dengan mesin. Harusnya pekerjaan  menjadi lebih mudah dibanding ibu2 kita sulu. Memilih mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga ini sendiri bukan ingin tampil sebagai super mom yang bertangan sepuluh. Serba bisa karena semua dikerjakan sendiri. Sungguh pengharapan yang rendah kalau hanya ingin dipuji orang lain. Tapi aku merasa sungguh istimewanya pekerjaan-pekerjaan ini. Kok bisa?Kisah Fatimah putri Rasulullah. Ketika itu ia merasa kelelahan menggiling gandum. Lalu Ali, suaminya menyuruhnya meminta budak pada Rasululllah, ayahnya, yang baru mendapat kan seorang budak. Ketika Fatimah datang ke rumah Rasulullah, Beliau tidak ada di rumah. Lalu Fatimah menitipkan pesan kepada Aisyah untuk disampaikan kepada Rasulullah.
Kemudian ketika Rasulullah medatangi rumah Fatimah. Ali dan Fatimah sedang berbaring. Awalnya mereka hendak bangun tapi Rasulullah menyuruhnya tetap di tempat.

" Maukah kutunjukkan kalian kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?tanya beliau. "Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (Subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta" kata Beliau (Shahih Muslim No.4906)

Apa yang Rasulullah lakukan sungguh menarik untuk dipertanyakan. Kenapa Beliau tidak memberikan saja budak kepada Fatimah, apalagi Fatimah adalah anak kesayangan Rasulullah? Atau menyuruh Fatimah untuk tidak usah melakukan pekerjaan rumah tangga, toh bukan itu kewajibannya sebagai istri? Bukankah Fatimah sudah merasa kelelahan dengan pekerjaannya sehari-hari? 

Ada kisah lain, Asma binti Abu Bakar yang berjalan jauh mencari makanan untuk kuda-kuda suaminya, Zubair. Ketika diperjalanan Ia bertemu Rasulullah. Melihat itu, kenapa Rasulullah tidak berkata, "Jangan lakukan itu Asma, itu bukan kewajibanmu."

Kenapa? Apa ada sesuatu di pekerjaan ini? Kenapa wanita-wanita yang dijamin surganya melakukan pekerjaan rumah tangganya dengan tangan mereka sendiri, bukan dengan berkhadimat?

Bila mengambil hikmah dari kedua kisah di atas dan dihubungkan dengan perintah Allah sebaik-baiknya tempat untuk wanita adalah di rumah, bisa dilihat betapa mulianya pekerjaan-pekerjan rumah tangga itu. Kata Rasulullah banyak amalan akhirat menjadi hilang karena niat yang jelek. Dan betapa banyak amalan dunia menjadi bernilai akhirat karena baiknya niat. Jadi mengubah sudut pandang bahwa setiap aktivitas ibu di rumah adalah ibadah, walau hanya memasak atau sekedar mencuci pakaian. Setiap lelah dan tetesan keringat semoga jadi ladang pahala dan penggugur dosa bagi wanita.

Ridhoi saja suamiku, sekeras apapun orang lain menyalahkanmu. Dengan Ridho suami, Allah mempersilahkan istri masuk ke surga-Nya dari pintu mana yang dia kehendaki.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar