Jumat, 27 Desember 2013

MPASI Ale

Masa Mpasi masa horor buat aku. Deg-degan pun meliputi hari-hari menjelang enam bulan. Gimana kalo Ale juga sama GTMnya kayak Kakaknya. Ternyata eh ternyata hari suapan pertama pun tiba juga. Akumajukan satu hari demi Didinya melihat masa-masa emas anaknya mulai makan. Daaaaan apa yg terjadi sodara...sodaraaaa......mulutnya mingkem disuapan pertamanya. Ho oke boy...its ok. Kita coba besok, besok, besok dan besok sampai akhirnya kamu lahap makan seperti singa kelaparan hehehe.
Ini sudah minggu kedua Ale makan. Ketika minggu pertama memang agak kacau karena di rumah mama ga ada high chair, jadi Ale harus digendong2. Menu yang sudah dicoba adalah puree pisang, jeruk, kentang, pir dan pagi ini mencoba brokoli.
Dua minggu mpasi lumayan kena sembur, lepeh-lepeh, betenya, harus jadi badut. So far seru sih harus gesit liat peluang mulut mangap. Stok sabar harrrruuus banyak. Besok makan yang banyak ya boy.

Pantai Mutun dan Pulau Tangkil Bandar Lampung

Selama ini sering pulang ke Lampung tapi ga pernah wisata pantai. Anak-anak, terutama si Kakak, kurang dikenalkan dengan pantai. Pengennya sih mengenalkan segala tentang alam ke anak-anak. Biar balance hidupnya hihihi. Kebetulan pas kami pulang sedang musim hujan. Duh sempat khawatir juga akan gagal rencana wisata pantai. Aku ingin menyenangkan orang tua bisa jalan-jalan dengan cucu. Eh subhanallah Allah meridhoi, langit cerah meski sempat gerimis pas pagi hari.
Sebenarnya Lampung banyak wisata pantai yang bagus dan masih belum banyak di jamah. Tapi pilihan jatuh ke Pantai Mutun karena lokasi ga terlalu jauh dari rumah mama sekitar 1 jam dan kids friendly tempatnya.
Pagi-pagi, Mama uda siap-siap rantangan makan siang untuk bekal ke pantai. Lumayan makan rumah lebih terjamin hehehe. Kami menyewa mobil karena tidak ada kendaraan yang bisa angkut selutuh keluarga.
Berangkat pukul 09.30 ternyata sampai di sana mah agak sepi. Kay langsung main pasir dan mencari kerang-kerang kecil. Aku lebih suka duduk di pinggir pantai dari pada main air. Pemandangannya baguuuus banget. 
Nanti, kalau anak-anak sudah besar masuk daftar yg harus didatangi adalah pantai-pantai indah di Bandar Lampung.

Minggu, 15 Desember 2013

Edisi Mudik

Bersukurlah bila masi berdekatan dengan orang tua. Saya perantauan berbeda pulau dengan orang tua. Hanya sesekali dalam setahun berkunjung. Setiap bertemu mereka tampak lebih menua. Keriput bertambah, rambut putih hampir semua di kepala. Senyum mereka merekah menyambut anak cucu ketika di bandara. Mengecap masakan Mama rasanya seperti surga, beda banget dengan masakan saya sehari-hari. Walaupun resep dan bumbu sebenernya sih hampir sama.

Mama Ayah sehat selalu ya. Doakan rejeki kami berlimpah bisa sering-sering kita berjumpa.

Jawaban Curhat Nih Yeee...

Hei hei ...Aku ingin berbagi sesuatu, kali ini tentang hubungan dengan pasangan (suami). Akhir-akhir ini Aku merasakan sekali penting waktu berdua dengan pasangan, tanpa anak-anak. Sejak anak pertama waktu berdua terasa berharga. Waktu yang nggak selalu ada, kalau pun sempat energi kami tidak fokus satu sama lain. Aku sih butuh ruang dimana  menjadi seorang istri yang bisa menumpahkan segala penat ke suami dengan legowo tanpa embel-embel Aku seorang Ibu. Suami menjadi rekreasi hati paling ampuh. Mungkin itu cara penyaluran emosi yang sangat mujarab Aku rasakan.
Sejak anak kedua lahir, usianya 5 bulan, saya tawarkan kepada anak sulungku untuk tidur terpisah dengan kami. Ia setuju, tapiiii dengan syarat adek menemaninya. Hmm Oke. Beberapa hari pun berlalu tidak terlalu berat dan nggak dramatik. Yihaaaa. Seneng!!Kenapa coba?Kasur awalnya diisi berempat dan tiap pagi selalu sakit pinggan karena posisi tidur yang nggak berubah dari semalam, sekarang hanya diisi berdua. Aku sekarang tahu merdeka itu rasanya seperti apa hihihi.
Otomatis waktu berdua suami lebih banyak Setiap malam sebelum tidur, topik-topik yang ringan bahkan bahasan yang berat terasa seru. Suami berbagi cerita tentang pekerjaan, macet, teman-teman kantor atau hanya sekedar banyolan-banyolan tidak penting. Aku bisa bercerita tentang anak-anak, keseharian kami, usaha kecilku atau sekedar gosip tetangga (wehehehe). Hal ini dulu terasa berharga banget. Ternyata sekarang Aku tahu kenapa dulu suami jarang berbagi tentang kerjaan karena merasa saya takut ikutan pusing, yang seharian udah pusing sendiri sama urusan rumah dan anak. Padahal sebenernya Aku sendiri suka ketika suami bercerita meskipun nggak bisa kasih solusi. Tak jarang kami hanya main game berdua saling berusaha mengalahkan score satu sama lain. 
Waktu berdua Aku pikir perlu banget. Bukan karena merasa anak-anak menjadi pengganggu tapi bila sedang bersama mereka fokus kami adalah anak-anak. Kedekatan yang terbangun pun terasa beda ketika lebih sering menghabiskan waktu berdua. Perasaan dibutuhkan, didengar, diperhatikan bisa Aku dapatkan dari waktu-waktu yang tersedia dari suami walau hanya sebentar.
 Dipostingan  sebelumnya, sekarang Aku tahu tidak perlu pergi nonton atau dinner berdua, di rumah pun Aku mendapatkannya. Moment paling favorit adalah beberapa hari yang lalu. Suami membuatkan Mie goreng instant (paling enak bikinan dia selama makan mie goreng instan :p). Kami makan di tempat tidur (ini makanya anak-anak gak usah ikut, bapak ibunya memberi contoh tidak baik >.<) dan berdiskusi tentang sekolah anak, visi misi mendidik anak, becanda dan maaaaiiiiinnn game tentunya. POKOPANG wkwkwkwkwk...

Bagaimana dengan kamu dan pasanganmu?


Rabu, 04 Desember 2013

Galau Pagi-Pagi

Pagi itu saya dalam sebuah percakapan sesama ibu-ibu pengantar anak sekolah. Biasanya bahasan kami ya tidak jauh-jauh tentang anak, makanan dan gelar dagangan tentunya. Saat itu topik pembicaraan kami membuat saya merinding, takut dan rasanya ingin memeluk segera anak-anak. Takut membayangkan dunia seperti apa yang akan mereka hadapi kelak. Jadi ceritanya tentanga anak seseorang sebut saja X, yang masih duduk di sekolah dasar. Di sekolahnya ada abang-abang penjual mainan yang ternyata menawarkan pula tontonan-tontonan dewasa pada anak-anak sekolah tersebut seharga Rp 2000 termasuk si X. Harga tersebut adalah yang sangat bisa dijangkau anak-anak. Pada akhirnya X ini kecanduan dan perilakunya bukan lagi seperti "anak-anak".
Itu hanya segelintir cerita "horor" untuk para orang tua. Dari telivisi, koran atau media sosial banyak kejadian serupa yang berbeda setiap hari. Yuk para orang tua dampingi anak-anak kita. Bekali dengan iman dan takwa. Orang tua tak bisa 24 jam dan selamanya mendampingi dan melindungi.Berikan doa yang setiap hari semoga Allah melindungi anak-anak kita. Amin.