Usia kandungan 34 Minggu, anakku terlilit tali pusar dua kali dan ketuban sedikit. Hasil konsul dokter "kalo gini sudah susah untuk normal". hasil googling 2x lilitan memang hanya kemungkinan berapa persen saja bisa normal. Aku pikir ya sudahlah kalau sesar paling tidak aku punya tiga pengalaman melahirkan yang berbeda. Normal dirumah bersalin, normal di rumah, dan sesar. Lalu aku pun cerita dengan mbak Erie (bidan yang membantu kelahiran anak kedua dan rencananya akan dibantu beliau juga untuk kelahiran ketiga).
"Mbak erie aku ada lilitan dua kali"
"ya udah berdoa aja"
"kata dokter nggak boleh nungging entar malah tambah kenceng lilitannya"
"gaapapa, jangan terlalu dipikir. Kita berdoa aja semoga gapapa".
Ketakutan akan sakitnya kontraksi muncul diawal hamil. Hasil ngobrol dengan mbak erie aku masih menyisakan trauma akan kelahiran pertama. Ketika dicari alasannya ternyata aku memulai kehamilan dengan pemikiran yang salah. Kalau dulu diawali dengan"Asyiiik aku nanti lahirannya gini, gini, gini..". Kalau yang ketiga ini "Hmm, entar aku lahiran lagi ya". Aku pun cenderung cuek, kurang ngajakin ngobrol adek bayi. "Dia cari perhatian tuh"kata Mbak Erie. Koreksi lagi, memang benar kurang perhatian dan cenderung merasa lupa kalo hamil. Kurang perhatian masalah makan, jarang latihan fisik, dan jarang latihan nafas. Intinya terlalu santai.
"Mbak erie aku ada lilitan dua kali"
"ya udah berdoa aja"
"kata dokter nggak boleh nungging entar malah tambah kenceng lilitannya"
"gaapapa, jangan terlalu dipikir. Kita berdoa aja semoga gapapa".
Ketakutan akan sakitnya kontraksi muncul diawal hamil. Hasil ngobrol dengan mbak erie aku masih menyisakan trauma akan kelahiran pertama. Ketika dicari alasannya ternyata aku memulai kehamilan dengan pemikiran yang salah. Kalau dulu diawali dengan"Asyiiik aku nanti lahirannya gini, gini, gini..". Kalau yang ketiga ini "Hmm, entar aku lahiran lagi ya". Aku pun cenderung cuek, kurang ngajakin ngobrol adek bayi. "Dia cari perhatian tuh"kata Mbak Erie. Koreksi lagi, memang benar kurang perhatian dan cenderung merasa lupa kalo hamil. Kurang perhatian masalah makan, jarang latihan fisik, dan jarang latihan nafas. Intinya terlalu santai.
Akhirnya aku pun cepet-cepet merubah semuanya, membuang semua perasaan2 negatif. 36 minggu, hasil usg: tidak ada lilitan, ketuban bagus, posisi kepala sudah dibawah. Allahuakbar. Nggak nyangka! Waktu itu berdoa semoga dimudahkan lahiran di rumah lagi.
39 minggu, jam 8 malam sambil setrika menghitung kontraksi. Mulai curiga karena ini nggak hilang timbul kayak biasanya. Jam 12 malam menelepon Mbak Erie, memberitahu kontraksiku teratur. Tidur dulu pesannya. Nanti jam 4 pagi telepon lagi kalau belum hilang. Jam 3 pagi aku meminta suami cepat-cepat telepon Mbak Erie. "Ini udah mau lahir nih, cepetan". Suami segera menyiapkan kamar, memompa kolam, lalu masak air panas. Ia ngepel, beres-beres rumah hihihi. Aku mulai atur nafas ngerasain bener-bener rasanya kontraksi. Berusaha menikmati, oh ini ya sakit yang aku takutin. Mbak Erie datang, periksa ternyata masih bukaan 1. Jeng...jeng...waduh bakalan lama nih pikirku.
Eh, nggak lama ketubanku pecah, lalu periksa lagi bukaan 6. Aku sudah pengen banget masuk kolam karena nggak enak tiduran, nggak santai rasanya. Aku belum bisa masuk, air kolam belum siap. Bukaan 10, air kolam nggak terlalu panas tapi aku udah nyemplung. Emang bener enak duduk di kolam, daripada tiduran.
Proses kelahriannya termasuk cepat, jam 7 pagi anakku lahir. Ternyata bisa ya melahirkan tanpa mengejan. Saat itu berusaha untuk hanya atur nafas (padahal selama hamil jarang latihan nafas), dan itu memang sangat membantu sekali. Alhamdulillah lahir putri kami dengan sehat dan selamat. Siti Sarah.
39 minggu, jam 8 malam sambil setrika menghitung kontraksi. Mulai curiga karena ini nggak hilang timbul kayak biasanya. Jam 12 malam menelepon Mbak Erie, memberitahu kontraksiku teratur. Tidur dulu pesannya. Nanti jam 4 pagi telepon lagi kalau belum hilang. Jam 3 pagi aku meminta suami cepat-cepat telepon Mbak Erie. "Ini udah mau lahir nih, cepetan". Suami segera menyiapkan kamar, memompa kolam, lalu masak air panas. Ia ngepel, beres-beres rumah hihihi. Aku mulai atur nafas ngerasain bener-bener rasanya kontraksi. Berusaha menikmati, oh ini ya sakit yang aku takutin. Mbak Erie datang, periksa ternyata masih bukaan 1. Jeng...jeng...waduh bakalan lama nih pikirku.
Eh, nggak lama ketubanku pecah, lalu periksa lagi bukaan 6. Aku sudah pengen banget masuk kolam karena nggak enak tiduran, nggak santai rasanya. Aku belum bisa masuk, air kolam belum siap. Bukaan 10, air kolam nggak terlalu panas tapi aku udah nyemplung. Emang bener enak duduk di kolam, daripada tiduran.
Proses kelahriannya termasuk cepat, jam 7 pagi anakku lahir. Ternyata bisa ya melahirkan tanpa mengejan. Saat itu berusaha untuk hanya atur nafas (padahal selama hamil jarang latihan nafas), dan itu memang sangat membantu sekali. Alhamdulillah lahir putri kami dengan sehat dan selamat. Siti Sarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar