Teman : Kay, nanti solat di masjid lagi yuk!
Kay : Nggak ah, aku nunggu sama Didi aja. Aku nanti nggak ada orang tuanya, nggak ada yang jagain.
Teman : Nggak papa sama aku aja, entar aku jagain.
Kay : Nggak ah, kan kalau perempuan gede solatnya lebih baik di rumah.
Teman : Ih gapapa bagusan juga solat di masjid tau.
Kay : Nggak deh aku ngikut yang bener aja (maksudnya perempuan lebih baik solat di rumah)
Aku denger percakapan ini di balik pintu sambil senyum-senyum. Solat berjamaah di masjid memang baik dan pahalanya besar tetapi itu untuk laki-laki. Dan untuk perempuan, boleh solat di masjid tapi solat yang lebih baik bagi perempuan adalah di rumah.
Dari Ibnu Umar, Nabi bersabda "Janganlah kamu sekalian mencegah isteri-isterimu ( pergi ke) masjid-masjid, namun ( ingat) rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka."
(Shahih : Shahih Abu Daud no : 530, 'Aunul Ma'bud II : 274 no : 563 dan al-fathur Rabbani V : 195 no : 1333)
**
Pengingat bisa datang dari mana dan siapa saja. Termasuk anak kecil sekali pun. Pernah nggak sih merasa "tertampar" omongan anak sendiri. Itu yang aku alami beberapa hari lalu. Kalau disadari sebenarnya, bukan orang tua yang mengajari anak tetapi justru sebaliknya anak yang mengajari orang-orang dewasa ini menjadi orang tua. Untuk menjadi dokter, akuntan, atau profesi lainnya, seseorang menempuh pendidikan tertentu untuk bisa ahli di bidang itu. Ketika membeli gadget pun ada buku panduan untuk membantu bagaimana mengoperasikannya. Tapi ketika seseorang mendapat jabatan sebagai ORANG TUA tidak punya ilmunya. Iya, nggak ada sekolah orang tua atau buku panduan menjadi orang tua yang sukses.
Kebingungan, itu yang aku alami sejak punya anak pertama, ketika ia mulai berumur setahun dua tahun. Merasa haus belajar menjadi orang tua, seminar parenting jadi incaran aku. Ilmu-ilmu parenting yang saya dapat menjadi terapan dan bekal sebagai orang tua.
Kemudian suatu saat aku merasa tertohok sekali, ketika mendengar " Rasulullah adalah manusia terbaik yang diciptakan Allah. dan Rasulullah adalah orang yang paling baik terhadap keluargannya".
Rasul adalah sosok yang lengkap. Ia adalah anak, ayah, suami, bahkan seorang kakek. Sosok beliaulah yang menjadi suri tauladan. Tetapi aku nggak pernah menghadirkan sosok Rasulullah di dalam rumah kami, hati kami sebagai orang tua. Rasanya duuuuh Nin kemane aje loooooo. Seharusnya dari Rasullah, manusia terbaik, aku mencari ilmu menjadi orang tua.
Belajar dari awal lagi, susah, karena ternyata apa yang aku dapat selama ini dari belajar parenting sana-sini berbeda dengan cara al-Quran dan Hadist, cara Rasulullah. Terkadang kita (eh kok kita saya deh, nunjuk diri sendiri), memilih segala sesuai berdasarkan bagus menurut kita sendiri. "Cocok nggak sama Gue", sadar atau tidak. Bahkan dalam memilih cara dalam mendidik dan mengasuh anak, bagus menurut kita. Tapi apakah kita sudah mengeceknya "bagus menurut kita" sudah benar? Sudahkah sesuai dengan pedoman hidup kita sesungguhnya, Al-Quran dan Hadist. *tertunduk malu*. Yah belum. Bagus menurut kita memang belum tentu benar menurut Al-Quran dan Hadist.
Seperti kata Kay, " Nggak deh aku ikut yang bener aja".