Rabu, 20 Juni 2012
Tulisan Seorang Isteri
Hari itu saya tertegun, mendengar seorang teman bercerita "Aduh, abis ini gue bakalan dimarahin suami nih. Pasti dikatain bego lo". Sedih sih mendengarnya,tapi terbersit rasa syukur tidak terkira. Kata-kata kasar tak pernah keluar satu kata pun dari suamiku. Bahkan bernada tinggi pun tidak pernah. Untuk protes pun ia punya cara tersendiri. Mulanya ia akan berkata
"bun sini dong" saya menghampiri dan ia memeluk
"Mau ya sekali kali dengerin Daddy" yaa sambil tersenyum
Mungkin teman-teman sekantornya akan tercengang, karena ia terkenal tukang marah marah. Saya sendiri sudah berpacarn 4 tahun dan menikah hampir 3 tahun nggak pernah tahu itu...
"Daddy ga bisa marah sama Bubun" begitu katanya
sebaliknya, saya malah tukang dan rajin marah tapi sepertinya memang tipikal cewek taurus kayaknya (pembelaan :p). harus banyak minta maaf nih sama Didi yang dimarahin melulu ;p. Dulu sewaktu berpacaran, seperti lebih mudah marah, marah dalam bentuk diam. mungkin karena saya dibesarkan dengan tidak diajarkan bagaimana marah yang baik. semakin saya diam semakin besar amarah saya. Setelah menikah, saya belajar mengkomunikasikan marah saya dan belajar menyelesaikannya. Tidak mudah awalnya, karena saya tidak biasa. Saya ingin mengajarkan pada Kay tentang mengungkapkan emosi berarti harus mulai dari saya sendiri.
Marah sebetulnya tidak salah kan. itu luapan emosi.manusiawi lah. tapi bukan berarti menyakiti perasaan orang lain dengan perkataan kasar bahkan merendahkan. lidah bisa lebih tajam daripada pisau. apalagi terhadap pasangan.
tulisan ini sebagai ungkapan terima kasih sama Didi, Bun jadi istri yang paling beruntung. I love you.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar