Minggu, 06 Januari 2013

Belajar Menjadi Kakak



Beberapa bulan lagi akan ada tamu dirumah kami, anggota keluarga baru. Saya dan Didi tentu saja sangat tidak sabar menantinya, tapi apa iya dengan si calon Kakak?Orang asing yang tiba tiba datang dan entah dari mana ia datang. Orang-orang berebut menggendong. Mungkin itu akan ada di pikiran Kay. Diumurnya Kay belum terlalu mengerti konsep Adik dan Kakak (ya iyalaaah :D), yang ia tahu tentang adek bayi adalah anak kecil yang masih menyusu ke Ibunya atau masih naik stroller. Jadi kalauia melihat anak lebih besar umurnya darinya masih naik stroller akan dipanggilnya Adek. Ya cuma sebatas itu saja.

Menjadi Kakak? dijelaskan kayak apapun sepertinya ga akan membuat Kay paham. Lebih seru mengenalkan tentang adek bayi yang lucu ,kayak bonekas Susan, nanti bisa jadi temen main Kay.
Awalnya mengenalkan ada adek bayi di perut Bun. Perut Bun akan semakin besar dan besar berarti adek bayi juga semakin besar. Itu pun mengenalkannya ga mudah. Responnya. "Itu adek bayi Bun, adek bayi Kay ada disini (menunjuk perutnya)" hahaha ok, Kay juga punya adek bayi. Setiap hari terus dikenalin sambil elus-elus perut buncit saya. Seperti saran dari artikel-artikel tentang sibling, pas kontrol ke dokter si calon kakak ini juga ikut serta. Dengan bujukan "yuuuk kita jengukin adek atau eh mau ketemu adek nggak". Ia juga ditunjukan hasil USG, meskipun ga terlalu jelas dan ia juga sepertinya tidak terlalu paham, tapi ia tahu itu calon adeknya setiap melihat foto hasil USG. Oia, saya nggak pernah print hasil USG cuku di foto saja hehehe lumayan iriiiit..

Terus adek bayi itu kayak apa Bun?Oke pengenalan selanjutnya kita bertemu dengan adek bayi "sungguhan". Ehmm Menjenguk bayi teman dan tetangga yang baru lahir menjadi sarana pengenalan juga.Dan ternyata jadi kegiatan favorit Kay, ia akan semangat berangkat mandi bila tahu kami akan pergi melihat adek Bayi. Ketika melihatnya, Kay menyentuh pipinya, mengelus rambutnya, mencium pipinya, memegang tangannya kecil. Iya nak inilah adek bayi dan nanti Kay akan punya di rumah. Setiap pulang dari menjenguk Kay akan bercerita pada Didi, ia melihat adek bayi dan menirukan cara menangisnya. Bangga gitu kayak habis liat sesuatu yang luar biasa. Bahkan ia pun praktek dengan menggendong, mengelus,mencium,dan memeluk bonekanya.

Belajar mengenal adek bayi pun sampai ke kegiatan sebelum tidur. Kami ajak mengobrol adek bayi di perut Bun. Didi dan Kay juga gantian mencium perut buncit saya. Kay pun senang menyanyikan lagu-lagu yang ia hafal untuk adeknya sambil mengelus perut. Ketika matanya mulai mengantuk, selesai kami berdoa sambil mengelus rambutnya saya selalu bisikan doa-doanya sederhana dan menyelipkan "Kakak nanti akan jadi kakak yang baik, sayang sama adek, senang main sama adek, ".  Ini cara hypnoparenting yang pernah saya baca di sebuah artikel (maaf lupa sumbernya di mana). Kalimat-kalimat positif diselipkan di alam bawah sadar dan semoga sih cara saya benar hihihi.

Saya bersyukur penerimaan Kay baik dan semoga begitu sampai benar-benar bertemu dengan adiknya. Sibling rivalry pasti ada dan  tidak bisa diremehkan, tapi saya dan suami selalu diskusi solusi-solusi pengasuhan kami untuk mengurangi kemungkinan itu. Semangat...siap-siap belajar lebih banyak lagi menjadi orang tua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar