Senin, 25 Januari 2016

Mainan ala Kay Ale

Masih ingatkah dulu, ketika masa kecil permainan untuk anak-anak macam-macam. Tidak perlu mainan mahal, bahkan hanya sebuah batu dan tanah lapang, kita bisa bermain seru. Aku termasuk orang tua yang ngerem beli-belian mainan untuk anak-anakku. Alasan awalnya, karena rumah kami yang tidak terlalu besar, jadi banyak menumpuk barang bikin rumah menjadi makin sempit. Mereka, Kay (5 tahun) dan Ale (2 tahun), ternyata nggak masalah dengan tidak memiliki banyak mainan seperti teman lainnya. Mereka tidak merengek membeli di toko mainan. Cukup melihat-lihat saja, "Ayo sudah kita keluar yuk", mereka nggak masalah kami tidak menenteng belanja. No tantrumlah pokoknya. Sesekali membeli mainan, kuperhatikan mainan hanya bertahan sebentar. Kadang hilang sebagian, kadang rusak, ataukadang sudah tidak suka dimainkan lagi.

Sering kuperhatikan, walaupun tanpa mainan ternyata kadang mereka sering memunculkan ide bermainan yang kadang bagi kita nggak terpikir bisa menjadi mainan. Pernah suatu ketika kami punya botol kosong, ternyata oleh Kay diisi dengan air dan manik-manik warna-warni. Cara memainkannya dengan membalik-balikkan botolnya sehingga manik-manik menjadi naik dan kemudian turun lagi.


Pernah sehabis kami jalan-jalan mencoba bis tingkat Mpok Siti. Cerita tentang Bis Tingkat Mpok Siti dari mulut mereka. Akhirnya kami mebuat bis dari bahan yang ada di rumah. Ini bis tingkat dari kotak susu bekas yang dilapisi kertas lalu Kay gambar. Setelahnya mereka warnai dengan krayon.  


Mereka mendapatkan hadiah mobil-mobilan dari Didi. Lalu meminta Didi untuk membuat lintasan balapan. Kalau yang ini emaknya angkat tangan. Nggak punya ide, makanya serahkan ke Suami sajaaah. Permintaan yang bikin Didi mereka garuk-garuk kepala karena nggak punya ide. Setelah dicoba-coba dan mencari bahan apa yang kira-kira bisa digunakan, jadilah mainan ini. Pulang dari kantor sudah ditagih oleh mereka untuk segera dibuatkan. Begitu selesai hepiiii bukan main.


Pernah suatu ketika Kay pulang dengan bercerita kalau temannya punya kartu-kartuan. Ia tidak meminta dibelikan hal serupa, cuma seperti ingin sekali punya juga. Aku memberi ide, kan Kakak bisa membuat sendiri. Jadilah mainan sederhana seperti ini. Aku menggunting dan mewarnai, Kay bertugas menggambarnya. Huaa senang sekali dia. Meskipun mainannya pun tak bertahan lama hanya beberapa minggu saja, lalu sudah tak terlalu tertarik memainankannya lagi.


Ketika bulan puasa tahun lalu, Kay baru belajar puasa. Sebentar-sebentar bertanya jam berapa sekarang, buka berapa jam lagi. Akhirnya aku ajak mereka membuat jam origami. Lumayan sekitar dua jam nggak ada pertanyaan "Jam berapa sekarang, Bun?". hihihi


Suatu ketika, Kay menolak untuk tidur siang. Ia asik sendiri dengan kertas, spidol, dan gunting. Lalu ia menunjukkan ia membuat sebuah tempat tidur. Selanjutnya ia meminta bantuanku untuk menggunting, sedang ia ingin menggambar. Jadilah ini. Semacam mainan orang-orangan waktu aku masih kecil.


Ternyata bersenang-senang untuk anak-anak bukan dengan mainan mahal. Emaknya seneng banget hihihi, kan jadi irit kalau membuat mainan sendiri. Kami pun tak selalu bisa membelikan mereka mainan. Beberapa kegiatan mereka bisa diintip diblog kami di sini. Yuk bikin mainanmu sendiri!


3 komentar:

  1. Jaman dulu mainan anak-anak itu ya di luar rumah, spt petak umpet, masak-masakan, perang-perangan pakai batang daun pisang, mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali dan banyak lagi lainnya.
    Mba, telaten sekali mengajari anak-anak membuat mainan sendiri.

    BalasHapus