Berbeda dengan kelahiran anak saya yang pertama, Kay. Banyak intervensi medis yang baru saya tahu itu tidak perlu dilakukan. Seharusnya sudah tidak boleh dilakukan tapi masih dipraktekan oleh dokter. Perut saya ditekan oleh suster dimaksudkan agar bayi tidak naik lagi. padahal bahaya rahim bisa pecah dan bayi dalam rahim bisa kesakitan. Ketuban dipecahkan untuk mempercepat bukaan, hal ini tidak perlu bahkan ada bayi dilahirkan dengan ketuban utuh. Episiotomi tanpa persetujuan pasien. Periksa dalam ( Vaginal Toucher ) yang telalu sering. Ini yang membuat saya nggak nyaman dan sedikit agak takut bila harus di VT lagi. Dan hal-hal itulah yang saya nggak mau terulang lagi di kehamilan yang kedua. Saya ingin kelahiran yang nyaman, privat dan tanpa intervensi medis. Karena kurangnya pemberdayaan diri ketika saya hamil. Saya pikir semua wanita pasti bisa melahirkan secara normal, saat itu. Tuhan telah menciptakan jalan lahir pasti semua bisa.
Selang beberapa hari ternyata saya positif hamil. Pencaritahuan tentang Gentle Birth terus berlanjut sampai akhirnya bergabung di grup Gentle Birth Untuk Semua. Membaca kelahiran yang begitu indah dan menyenangkan makin bikin yakin dengan pilihan saya. Saya ingin melahirkan dirumah dimana bayi saya diterima pertama kali oleh orang-orang yang sentuhan, suaranya ia kenal selama dalam kandungan bukan oleh orang asing, tempat asing dan cara yang tidak nyaman.
Saya ingin melahirkan dirumah. Pe ernya banyak, pertama harus meyakinkan suami yang masih buta tentang Gentle Birth. Awalnya ia kurang setuju, sampai akhirnya kami bertemu dengan bidan Yessi di Klaten. Suami setuju saya melahirkan water birth. Home dan lotus birth belum dapat ijin.
"Melahirkan dan dilahirkan adalah sebuah pengalaman yang transformatif. Pada jam-jam bayi yang lahir, pada jam-jam seorang wanita menjadi seorang ibu, seorang pria menjadi seorang ayah, pasangan menjadi sebuah keluarga, orang tua menjadi kakek-nenek dan mungkin seseorang juga mendapatkan adik baru. mengapa tidak siapkan sebaik mungkin?" Begitu kata bidan Yessi. Dulu waktu menikah pasangan bersedia mempersiapkan jauh-jauh hari dengan budget fantastis dan menyita waktu dan tenaga. Sedangkan untuk kelahiran seorang anak yang hubungannya nggak akan pernah putus, kita sebagai orang tua malas memberdayakan diri. Itu yang bikin nyesek kata-kata dari bidan Yessie. Dari situ mulai baca-baca artikel tentang kehamilan,kelahiran, beli buku tentang hypnobirthing, latihan yoga, relaksasi dengan afirmasi positif hampir tiap hari sampai sering ketiduran.
Pe er selanjutnya mencari bidan dan dokter kandungan yang paham dan mendukung gentle birth. Seperti jodoh saya bertemu dengan Bidan Erie Marjoko dan Dokter Riyana Kadarsari. Karena lokasi Bidan Erie lumayan jauh dari rumah akhirnya suami mengijinkan home birth yeeeeiiii. Oia yang bikin terkesan pertama kali periksa dengan bidan Erie, beliau menyapa janin "Assalamualaikum sayang, Tante periksa dulu ya". Mungkin nggak akan pernah kita alami ketika periksa dengan dokter kandungan. :D
Hasil USG dengan dokter Riyana, saya memenuhi syarat lahiran water birth dan lotus birth. Alhamdulillah. Tinggal menunggu kapan Adek bayi mau menentukan tanggal lahirnya.
Tanggal 10 Juni
Kontraksi palsu mulai kerasa. Awalnya setiap 15 menit maju lagi menjadi 7 menit. Wah uda seneng banget karena inilah yang ditunggu-tunggu. Kami janjiannya supaya adek bayi pilih waktu weekend dan semoga memilih waktu yang nggak macet biar perjalanan bidan Erie ke rumah lancar tanpa halangan. Tapi kalau ia memilih hari lain kami sudah siap lahir batin. Suami sudah menyiapkan kamar anak-anak jadi kamar bersalin dan sudah memompa kolam. Besoknya kontraksi hilang sodara sodaraaa..hahaha. Induksi alami dengan makan nanas dan duren masih belum berhasil juga. Ya wes terserah sama adek bayi deh,mungkin dia mau nepatin janji lahir di weekend.
Tanggal 15 Juni
Terbangun jam 03.30 pagi, kontraksi muncul lagi. Hmm pas dihitung ternyata uda lima menitan. Langsung SMS bidan Erie. Jam 6 pagi ngajak jalan-jalan Didi dan Kay keliling komplek. Kontraksi makin kenceng, mencoba terus napas perut. Jam 7 pagi kerasa laper akhirnya ngajak Didi sarapan lontong sayur di pasar. Kontraksi uda tiga menitan. Kerasa banget pas ada polisi tidur, guncangan naik motor termasuk induksi alami juga. Sampai di rumah mandi,beberes,mandiin kay dan tiduraaan sambil nunggu bidan datang. Kontraksi makin kenceng kerasa namun dalam batas yang masih bisa saya tahan.
Jam setengah 11, Bidan Erie datang dengan satu orang asistennya. Bidan Erie menawarkan di VT awalnya saya nggak mau, pikir saya entar aja deh. Saya agak trauma dengan VT. Nggak nyaman bangetttt. Tapi akhirnya di VT juga. Ternyata masih bukaan satu sodara sodaraaaaa. Huuuhhhhaaaa...sabarrrr.
Bidan Erie mencoba membantu menipiskan serviks, soalnya saya belum ada flek dan sepertinya bukaannya akan lama. Makan dulu disuapin suami di sela-sela istrahat kontraksi agar cukup tenaga bila melahirkan nanti.
Jam 12 siang saya merasa ada yang meletus di bawah perut saya. "Mbak Erieeee ketubannya pecah". teriak saya yang lagi nidurin Kay (bersyukur sekali Kay nggak rewel dan anteng, malah tiap kontraksi dateng saya dielus-elus dicium, dan bilang ke adeknya untuk bantu Bun. Seperti ini mungkin saya ga bisa alami bila lahiran di RS). Eh ternyata bener bukaan semakin cepat,ketika di VT uda bukaan 7. Kontraksi semakin kenceng dan saya mencoba menikmati gelombang rahim itu dan merasakan si adek mendorong ke bawah mencari jalan lahirnya. Menurut pendapat umum, Proses kelahiran terlihat menyakitkan buat ibu padahal bayi pun merasa begitu. Selama sembilan bulan ia merasa aman dan nyaman di dalam rahim ibu dan ketika lahir ia pun harus berjuang melewati pintu lahir. Bila tubuh ibu tegang bayi pun merasa kesusahan dan kesakitan. Jadi saya mencoba rileks setiap gelombang rahim datang sambil membayangkan saya sebentar lagi ketemu dengan adek bayi dan kami akan bermesraan berempat. Itu terus yang saya bayangkan.
Pembukaan 8, kolam sudah siap dan saya boleh masuk kolam. Air hangat terasa maknyuuusss...mengurangi nyeri dan membuat saya nyaman dan rileks. Posisi awal jongkok menghadap kolam sambil pelukan dengan suami. Kontraksi datang bisa terlewati dengan tetap fokus napas.
Begitu pembukaan lengkap, mulai makin terasa dorongan adek begitu kuat. Wah bayiku hebat. Mengikuti alur tubuh, suara saya pun melenguh seperti sapi. Aneh, untungnya tetangga sebelah pada nggak ada di rumah hihihi. Terasa sekali kepala adek sudah crowning, Didi dan bidan jadi penyemangat. "Ayo Bun kepalanya uda keliatan". Dan hal yang paling menakjubkan dalam hidup saya adalah mengelus kepala bayiku yang akan segera keluar. Subhanallah. Rasanya lega sekali begitu kepalanya keluar. Sambil nunggu kontraksi datang lagi untuk melahirkan seluruh badannya, saya istirahat sambil disuapin Didi durian untuk mancing kontraksi datang. Masih bisa ketawa-ketawa sambil berucap subhanallah mengelus-mengelus kepala adek bayi. Bener-bener ajaib rasanya. Suami pun ikut mengelus kepalanya.
Badan adek seperti memutar. Kakinya seperti menendang di perut saya. Nggak lama tangan kecilnya keluar dan ia meluncur di kolam. Dibiarkan ia berenang-renang beberapa detik dan diangkat oleh Didinya dan diletakkan di dada saya. "Assalamualaikum Ale" bidan Erie dan saya menyambut Adek bayi, Ale, yang baru saja lahir dengan selamat.
Hanya beberapa saat di kolam akhirnya kami keluar untuk IMD dan melahirkan plasenta. Plasenta dilahirkan secara spontan dan pendarahan normal. Alhamdulillah ya Allah sungguh pengalaman luar biasa. Makin takjub dengan proses kelahiran begitu...ahhhhh susah diungkapin. Begitu indah yang pasti.
Terima kasih untuk Bidan Erie dan Mbak Rida yang sabaaar sekali.
Dan terima kasih untuk pendamping persalinanku Suami tercinta dan anakku, Didi dan Kay.
Aleadna Ahmad Said Yudhistira, 3500 gr, 51 cm. Home-water-lotus birth baby boy.
Keren... bisa nggak ya ngalamin. Tapi hamil dulu deng :D
BalasHapusAmiiiinnnn...semoga segera ya mbak :)
Hapusselamat ya mbak atas kelahiran si kecil
BalasHapusjadi pengen juga ngalamin melahirkan spt ini, tapi saya belum hamil2
mudah2an saya diberi kesempatan untuk hamil dan melahirkan, Amin
oya mbak klo melahirkan spt ini, biayanya sekitar berapa ya, posting ttg biayanya dong mbak
Amin..semoga segera ya mbak..saya ikut doakan
Hapuskemaren saya habis 7jeti mbak...
Mahal amat bidannya sampai 7 jt... kolam pribadi lg... padahal itu sama dg normal biasa kan, cuma ngeden biasa aja...
HapusIya mbak..soalnya ia ninggalin jadwal pasien lain..fokus ke saya aja..kl ditemPAT bidan kena 2jutaan
HapusSelamat ya mbak, saat ini aq gi hamil 6 bulan, mudah2an nanti pas persalinan lancar kaya mbak. Kalo disini sih umum banget ngelahirin dirumah, hanya kalo waterbirth dirumah itu yang lom pernah denger.
BalasHapusWah mbak dimana..sebenenya uda banyak yang water birth di rumah..
HapusSelamaaattt...aku standar... ._____. Lahiran di rs....tapi ttp semangat...doakan proses lahiran lancar
BalasHapusAmin...lancar dan semua sehat ya mbak..
HapusSelamat ya Mak.. smoga dede Ale jd anak yg sholeh penyejuk mata Ayah Bundanya.. amiiiin
BalasHapusAmiiiiiiiiinnnn ya Allah... makasi maak
HapusMba boleh minta contact Bidan Erie Marjoko dan Dokter Riyana Kadarsari, mau coba konsultasi mengenai metode melahirkan yg mba jalanin, kayaknya menarik diantara cerita-cerita menyeramkan soal melahirkan :D
BalasHapusMbak Nina, salam kenal :). Sekarang aku sedang hamil 8 minggu. Pingin banget bisa homebirth atau paling tidak merasakan gentle birth. Kalau nggak keberatan aku pingin kontak PM via chat atau FB sama Mbak duooong... Hehe.
BalasHapusHai mbak dahlia salam kenal juga
HapusSilahkan bisa email ke ninakurnia789@gmail.com
Hai mbak dahlia salam kenal juga
HapusSilahkan bisa email ke ninakurnia789@gmail.com
salam kenal mba nina, pengen bgt ngalamin persalinan normal, hari ini saya baru periksa ke bidan dan kehamilan saya sudah memasuki 6 minggu, namun krn riwatyat persalinan pertama saya caesar sang bidan pun memvonis saya tidak bisa lahiran normal, sedih sekali rasanya, mungkin mba nisa ada saran??
BalasHapus